Belajar auto fokus


Pertama kali hunting memakai kamera DSLR (Canon 550D kit 18-55mm), saya ikut dalam sesi foto model. Awalnya cuma punya keinginan untuk mengangkap momen lucu dan gaya serius peserta alias candid (biasanya saya candid pakai kamera saku). Iseng-iseng, saya pun mengambil foto dari model dari jarak yang jauh. Tentu saja hasilnya tidak bisa maksimal, karena saya tidak leluasa mendekati model. Hehehe, maklum cuma ikutan, bukan peserta resmi.
Dicrop saja nanti, pikirku. Setelah memperlihatkan foto saya kepada Enche, saya ditawari untuk mengganti lensa saya menjadi lensa fix 85mm f/1.8. Katanya supaya saya tidak perlu susah-susah untuk crop dan bisa terbiasa untuk menghasilkan komposisi yang bagus langsung dari kamera. Lebih hemat waktu. Selain itu, saya diajarkan untuk menekan separuh tombol bidik supaya bisa fokus.
Foto demi foto saya ambil. Seru juga. Hasilnya lebih bagus dari memakai lensa kit. Saya jadi berpikir, mungkin ini alasan mengapa orang-orang sibuk mengganti lensa. Waduh, kalau memang begitu, kasihan donk orang-orang yang koceknya pas-pasan. Maka dari itu, saya tanyakan kepada Enche, apakah lensa itu memang berpengaruh pada hasil foto. Dijawabnya iya. OMG, masa gitu sih? Ga adil banget, pikirku. Orang yang koceknya lebih banyak akan menghasilkan gambar yang lebih bagus donk. @@. Desperate banget.
Akan tetapi, dia juga menambahkan, tidak mutlak selalu seperti itu. Pernah ada kejadian ada yang menang lomba hanya dengan menggunakan kamera handphone. Semuanya kembali kepada diri kita sendiri, bagaimana memaksimalkan kamera dan lensa yang kita miliki. Yang penting, latihan terus dan biasakan diri dengan kamera yang dipegang.
Sesaat sebelum sesi foto berakhir, ternyata ada sunset bayangannya yang terpantul di air. Saya mencoba mengambil gambarnya. Awalnya saya ingin menangkap moment tersebut dengan mengaturnya agak ke tengah dan mengambil suasanya di sekitarnya. Tetapi kamera tidak bisa mengambil foto tersebut. Dengan mencoba memposisikan bayangan itu berkali-kali, akhirnya kamerapun bisa nembak dengan posisi bayangan agak ke kanan bawah. Rule of third karena hoki. ^^ Perjuangan tersebut harus dibayar dengan ceramahan dari Enche. Menurutnya, mengambil gambar seperti itu bisa merusak mata. Pantesan, mata saya jadi agak sakit dan berkunang-kunang setelah mengambil gambar tersebut. Untung tidak sampai buta.
Fokus ke matahari langsung bikin mata saya sakit
Fokus ke matahari langsung bikin mata saya sakit
Sesi foto berakhir. Dari layar LCD, hasilnya lumayan bagus (menurutku). Ternyata ketika foto saya import ke komputer, kebanyakan foto saya blur dan tidak fokus ke objek yang diinginkan. Lho, kok bisa? Bukannya sudah ada autofokus?
Saya tadinya sudah bangga dengan foto ini, tapi setelah mengecek lebih detail di layar komputer, ternyata fokusnya di ilalang bukan di pasangannya X(
Saya tadinya sudah bangga dengan foto ini, tapi setelah mengecek lebih detail di layar komputer, ternyata fokusnya lebih tajam di ilalang bukan di pasangannya X(
Oala, ternyata, saya salah paham mengenai arti autofokus. Pikirku, jika sudah autofokus, maka kamera akan dapat memfokuskan ke posisi yang saya inginkan seperti kamera saku yang ada face detection. Wkwkwkwk.  Ternyata, meskipun auto, kita juga harus memindahkan titik fokus ke kotak-kotak sesuai posisi yang diinginkan. Dari puluhan foto yang saya ambil, hanya ada 2 atau 3 yang oke. Itupun karena objeknya ada di tengah, sisanya blur karena saya memotret objek mengikuti aturan rule of third.
Foto yang tajam sekali karena subjek foto dan titik auto fokus "kebetulan" ditengah
Foto yang tajam sekali karena subjek foto dan titik auto fokus "kebetulan" ditengah
Sepulang dari hunting pertama, saya diajarin untuk menggeser posisi fokus sesuai dengan yang kita inginkan (tidak di tengah fokusnya). Tidak sabar rasanya ingin mempraktekkannya. Latihan terus. Tetap semangat.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More