Ranty Purnamasari Ingin Tertantang di film Action



 
 Setelah sukses membintangi film Surat Terakhir untuk Tuhan (SKUT), aktris Ranty Purnamasari diketahui masih terus eksis di dunia sinetron dan FTV. Berbekal jam terbang yang cukup mumpuni di dunia akting tersebut, hingga kini Ranty seakan masih cukup mampu untuk bersaing dengan para bintang film muda lainnya.Di usianya yang sudah cukup matang saat ini, Ranty Purnamasari mengaku masih belum puas dan ingin terus belajar serta berharap untuk mendapatkan peran-peran yang lebih menantang di film berikutnya.
Apa saja kegiatan aktris asal Pangkal Pinang tersebut setelah film SKUT? Peran apa yang sangat diidamkannya? Dan apa batasan yang dianutnya ketika berkecimpung di dunia akting? Jawabannya bisa anda ketahui dalam perbincangan eksklusif tim www.indonesiaselebriti.com (IS) bersama Ranty Purnamasari (RP) saat ditemui di Casa, Kemang, Jakarta Selatan.

IS: Setelah film SKUT, kegiatannya kedepan ada apa lagi nih?RP: Kegiatan setelah SKUT, saya tetap masih terlibat dalam rangkaian promonya, selain itu ada striping juga. Kalau untuk next projectnya masih belum ada.

IS: Saat anda ditawari main di film SKUT, ada perasaan ragu nggak sih, secara anda aktris senior sedangkan sang sutradaranya baru banget?
RP: Saya justru nggak tau kalau dia (Harris Nizam) adalah sutradara baru, saya hanya melihat ini sebagai kesempatan bagus dan dapat kepercayaan memerankan tokoh ibu-nya Keke setelah melalui kasting. Saya senengnya ini true story yang diangkat dari novel best seller dan SKUT adalah film yang serius serta berkesempatan beradu akting dengan Alex Komang.

IS: Sebagai aktris yang sudah cukup senior, ada nggak perbedaan antara memerankan tokoh yang nyata dengan yang fiktif?
RP: Buat saya itu menjadi sangat menarik ketika memerankan tokoh yang saat ini masih ada, yang penting hal itu tidak memunculkan konflik dari peran yang saya mainkan. Nah di film SKUT ini, kendala buat saya adalah sulit sekali untuk bertemu dengan tokoh asli yang akan saya perankan. Alasannya karena film ini kan dibuat berdasar satu narasumber yaitu ayah dari Keke, saya juga nggak ngerti kenapa ibu-nya tak diikutsertakan. Akhirnya saya coba ambil tengahnya saja agar tak ada yang tersinggung namun pesannya tetap bisa sampe. Disitu saya ambil sikap natural aja sebagai seorang ibu jikalau anak saya mengalami hal yang serupa seperti Keke.

IS: Tapi setelah film SKUT selesai, apakah anda komentar dari sang ibunya Keke?
RP: Setelah film ini selesai baru ibunya kontak saya. Komentarnya sih positif namun tetap ada beberapa koreksi dari beliau mengenai akting saya di SKUT, buat saya itu wajar dan normal-normal saja sih.

 IS: Anda kan dikenal sebagai pemain sinteron juga nih, apa sih bedanya berakting untuk striping dan layar lebar?
RP: Yang paling terasa sih bagian persiapannya ya. Di FTV tuh sangat singkat persiapannya sedangkan untuk di film itu justru lebih lama. Film itu persiapannya lebih lama karena prosesnya panjang, namun ketika itu berjalan kita selaku pemainnya juga tinggal mengalir aja.

IS: Lebih enak mana, main sinetron apa film layar lebar?
RP: Kepuasannya lain ya, kalau striping kan setiap hari dan pendapatannya pun setiap hari juga walau capek sekali. Kalau di film itu kepuasan batinnya lebih terasa dan kesannya masih mau ikut terus.

IS: Di SKUT kan anda beradu akting dengan para pemain film muda tuh, bagaimana sih cara anda agar bisa terus bersaing dan tetap eksis di dunia perfilman Tanah Air?
RP: Di dunia kita ini kan ada orang yang kompeten ya kalau bicara mengenai dunia entertainment itu ada 3 hal yaitu, skill, kesempatan, dan keberuntungan. Skill dan kesempatan itu porsinya masing-masing hanya 20%, sisanya ya dari keberuntungan dimana itu hanya Tuhan yang tau dan bisa kasih rejekinya ke kita. Buat saya pribadi, untuk bersaing dengan yang muda-muda kayaknya nggak ya, nggak ke uber. Tapi kalau saya tetap jaga kualitas kerja, bisa kerjasama dengan baik, mau terus belajar, bekerja keras dan berdoa mungkin bisa bertahan.

IS: Sampai saat ini ada nggak sih peran yang paling anda inginkan tapi belum terwujud hingga sekarang?
RP: Ada sih, banyak. Sekarang itu banyak peran ibu yang streotip, ibu yang baik dan di tindas, serta ibu yang jahat dan suka menindas. Pengen juga sih dapat peran wanita usia matang, tapi punya benang merah, entah dia itu psikopat atau seorang TKW dan sebagainya, jadi nggak mesti jadi ibu. Jadi pembunuh bayaran juga saya mau, kebetulan kan saya juga bisa beladiri jadi saya rasa saya bisa kok yang ada unsur action-nya gitu.

IS: Wuiiih cadas, emang mbak Ranty belajar beladiri apa? kalau kepukul beneran gimana tuh?
RP: Ya nggak apa-apa, pukul balik aja ha ha ha ha. Kebetulan saya belajar Karate sampai sabuk cokelat.

IS: Berarti anda suka hal yang sifatnya menantang donk?
RP: Intinya sih saya masih mau belajar. Kalau disuruh megang senapan, disuruh naik kuda, dan sebagainya ya saya ok ok aja asal diajarin dulu. Sesuatu yang menantang diri kita sendiri itu sebaiknya jangan dibatasi.
 
IS: Dari hal yang tergolong akting ekstrim itu kan anda tidak membatasi diri, tapi ada nggak batasan yang anda buat dalam beradegan di depan kamera?
RP: Ada, dulu saya pernah ditawari telesinema ‘Matinya Seorang Penari' pada sekitar tahun 1998. Itu ceritanya penari yang mati terbunuh dan kebetulan saya juga sempat nari waktu itu. Saya dan Vicky Burki terlibat disana, dia di kasih lead dan saya second-nya biasa deh antagonis. Tapi entah kenapa Viky mundur dan saya disuruh Sutradara untuk maju, saya pikir ini sebuah kesempatan namun tetep merasa nggak enak aja sama Vicky karena kita kan berteman. Nah setelah saya baca skenarionya ternyata ada banyak hal yang harus buka baju, di ajak-ajak tempat tidurnya, dan segala macam, akhirnya ya saya tolak juga deh karena takut image itu menempel terus ke saya. Emang sih disana itu ceritanya kita sebagai penari striptis tapi saya nggak siap akan resikonya.

IS: Bagaimana sih bentuk dukungan keluarga menanggapi eksistensi anda di dunia akting?
RP: Kalau dulu sempat ada pertentangan karena suami kan bukan dari dunia yang sama. Tapi seiring berjalannya waktu dan selalu ikut dampingin saya, akhirnya dia mulai mengerti dan support kalau setiap hari itu kendala yang dihadapi proses syuting berbeda-beda. Jadi keluarga tahu kalau saya syuting itu pulang kerjanya nggak bisa ditentuin.

IS: Anaknya nggak ada yang nurunin bakat anda tuk berakting nih?
RP: Anak saya cuma satu, nah itu dia gara-gara ibunya pulang malam terus dia kayaknya nggak mau ngikutin tuh ha ha ha.

IS: Pengennya sampai kapan sih anda akan menekuni dunia akting?
RP: Kalau dunia seni itu saya pengennya seumur hidup ya, karena ini hal yang saya senangi dan cintai. Kebutuhan akan seni bukan hanya sekedar materi buat saya tapi sudah batin, rasanya nggak ada batasan usia dalam seni, asal kita sehat, mau belajar, tingkatkan kualitas, sepertinya masih terus akan ada kesempatan.

 IS: Jika sudah tidak berkecimpung di dunia akting, apa yang akan anda lakukan?
RP: Saya pengen di bidang pendidikan deh, pokoknya mengajarkan sesuatu yang saya bisa dan sukai seperti menari, akting, dan hal-hal yang membuat anak-anak ceria namun pada akhirnya bisa menjadi profesi.

IS: Adakah saran yang ingin anda sampaikan tentang perkembangan film Indonesia?
RP: Kita memang mengerti kalau film itu di buat untuk industri, tapi bukan berarti orang bebas membuat film yang asal bikin aja, kita butuh film yang berkualitas biar tidak dipandang sebelah mata.

IS: Harapan anda terhadap karir kedepannya?
RP: Mudah-mudahan kedepan saya bisa lebih banyak berpartisipasi di film yang dapat membanggakan anak cucu saya. Pokoknya ada pesan-pesan positif terhadap film-film yang saya bintangi deh.http://selebriti.indonesiaselebriti.com


Galeri Wawancara


0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More