Ini dibuktikan Deri yang menjadi jawara MP1 dan MP2 di region Sumatera. Pada beberapa balapan lokal pun ia juga menyabet podium pertama. Seperti dalam kejuaraan Brotherhood RPM Road Race yang digelar 13 November 2011 lalu di Sirkuit IMI Pancing, Medan Sumatera Utara.
Buat menjaga tenaga mesin tetap kuat dipacu hingga 22 putaran dalam satu race, beberapa hal kudu diperhatikan. “Hal itu bisa dari kompresi, timing hingga pendinginan mesin,” ungkap Aliang yang asli Medan.
Untuk kompresi berbekal piston TDR. Dome piston dibuat lebih tinggai jadi 2,5 mm. “Sebelumnya 3,5 mm. Bukan hanya sebatas jenong, sudut dome juga dibuat jadi 18º. Kalau dilihat, bentuknya menyerupai gunung yang membulat,” katanya.
Kepala silinder ikut disesuaikan lewat pemapasan hingga 1,2 mm. Kubah dibuat model bathub dengan squish 13,1º. Berkat ubahan ini, kompresi diajak bermain di angka 12,9 : 1.
“Sebenarnya kalau dari kekuatan piston, kompresi masih bisa dibuat lebih tinggi. Tapi, untuk menjaga durability seluruh part, akhirnya tetap pakai kompresi rendah aja,” jelasnya.
Kompresi rendah, didukung noken as yang punya durasi berbeda di tiap bubungan. Seperti klep isap pakai Sonic yang dibuat 26 mm, dipatok di 274º. Sedang klep buang (ex) 23 mm, 276º. LSA (Lobe Separation Angle), ditetapkan di kisaran angka 105º.
Hal berikutnya yang diperhatikan buat konsistensi power, ada di sektor timing pengapian. Aplikasi CDI Rextor bermain di 39 derajat.
Kunci lain agar tunggangan lebih cepat lari dengan menggunakan rasio close. Tenaga mudah diumpan ke gigi lebih tinggi, tanpa rpm terlalu drop. Itu pula yang dilakukan Aliang.
Gigi 1 13/36, sedangkan gigi 2 16/29, untuk 3 standar bawaan pabrik, dan 4 23/26. “Intinya membuat perpindahan antar gigi tidak terlalu jauh. Tapi napas juga enggak pendek-pendek amat,” tambahnya.
Deri Irandi memang sudah hapal dengan gaya rasio seperti ini. Pokoknya, sebelum lewat garis finish, sudah masuk gigi 4. (motorplus-online.com)
0 komentar:
Posting Komentar