SPBU Enggan Layani Nelayan


Tolak   Kenaikan BBM: Puluhan massa dari Hizbut Tahrir menggelar demonstrasi di
Pasbar, Padek—Pemerintah diminta memberikan perlakuan khusus bagi nelayan menyikapi kenaikan harga BBM. Seperti keluhan nelayan Airbangis, Pasaman Barat, mereka kesulitan mendapatkan BBM karena tidak dilayani SPBU setempat. Alasannya, takut menyalahi aturan dan terjerat hukum.

Kebutuhan bensin atau premium untuk nelayan Pasbar cukup tinggi, mencapai 100 ribu liter/bulan, solar 450 ribu liter dan minyak tanah (mita) 65 ribu liter. ”Nelayan biasanya membeli sekali banyak. Inilah yang ditakutkan SPBU, karena dianggap penimbunan,” kata anggota DPRD Sumbar, Agus Susanto kepada Padang Ekspres, saat kunjungan kerja di masa reses ke Pasbar, kemarin.

Agus menjelaskan, Surat Edaran (SE) Gubernur Sumbar melalui Dinas Kelautan dan Perikanan untuk nelayan, perlu diperjelas pelaksanaannya di lapangan. ”Jangan sampai nelayan tersangkut hukum karena memenuhi kebutuhan melaut. Saya mengimbau SPBU jangan persulit nelayan. Satu liter saja kekurangan BBM, nelayan tak bisa melaut,” ulasnya.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pasaman, Nellyarwisma menjelaskan, nelayan yang menggunakan BBM premium adalah mesin tempel di bawah 10 GT. Jumlahnya mencapai 300 unit. ”Kita telah menyiapkan program antisipasi agar BBM khusus nelayan tidak langka,” kata Nellyarwisma.

Melaut dari Airbangis ke Pulau Pinia, nelayan butuh 300 liter premium sehari. Jika tiga hari, butuh stok 900 liter.
Camat Sungaiberemas, Andri Naldi mengaku sudah berkomunikasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan, serta Dinas Pertambangan dan Energi Pasbar mengatasi keluhan warganya yang didominasi nelayan.

Pantauan Padang Ekspres di sejumlah SPBU Pasbar, kemarin, masih terlihat normal. Belum ada antrean panjang. Puluhan personel polisi tampak mengawasi sejumlah SPBU dari pembelian jeriken dan drum.

Demo BBM
Di Padang, penolakan rencana kenaikan BBM 1 April makin meluas. Kemarin (26/3), puluhan massa dari organisasi massa Hizbut Tahrir menggelar demonstrasi di gedung DPRD Sumbar. Massa yang didominasi para kaum ibu berjilbab itu, juga membawa bayi mereka dan perlengkapan memasak.

Massa berjalan kaki dari kampus Universitas Negeri Padang (UNP) hingga ke gedung DPRD Sumbar sambil berorasi dan aksi treatikal. ”Kaum ibulah yang akan merasakan dampak kenaikan BBM tersebut. Kami menilai kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, adalah liberalisasi migas dan merugikan rakyat kecil yang bertentangan dengan syariat Islam,” kata koordinator lapangan demonstran, Erwinda Syafrina.

Erwinda mengatakan, kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bukti kegagalan pemerintah memberikan jaminan hak-hak ekonomi bagi perempuan.

Pemkab Bentuk Tim
Untuk memastikan suplai dan distribusi BBM jelang kenaikan harga, Pemkab Pessel menurunkan tim mengecek SPBU, agen dan pengecer. Tim yang dipimpin Asisten II Setkab itu, bertugas mengawasi penimbunan BBM.

Pantauan Padang Ekspres kemarin di SPBU Sago, Kecamatan IV Jurai, premium sudah habis. Pengendara terpaksa membeli BBM di pinggir jalan seharga Rp 6.000 seliter. Pemilik SPBU Sago, Darizal Basir mengatakan, tidak ada pengaruh antara kenaikan BBM dan meningkatnya permintaan BBM oleh masyarakat.

”Habisnya bensin karena volume kendaraan bermotor selalu bertambah. Yang sangat menonjol, volume kendaraan roda dua. Makanya, tumbuh dan berkembang pula sektor ekonomi kreatif yaitu pedagang eceran bensin di kampung-kampung,” jelasnya.

Di Tangan Jaksa 
Sementara itu, jajaran Polresta Pariaman sudah melimpahkan berkas kasus penimbunan BBM ke kejaksaan. Seorang pelaku lagi masih dalam pemeriksaan. Kedua tersangka adalah Ibrahim, 51, dan Masri, 48. Sedangkan pelaku ketiga, Nurlaely, 43, masih dalam pemeriksaan.

Diberitakan sebelumnya, Polresta Pariaman mengamankan Ibrahim saat membawa 1.640 liter BBM di 60 jeriken. Penangkapan berawal saat polisi patroli di Sungaigeringging. Ibrahim yang mengendarai mobil Suzuki Carry, dicegat polisi karena mencurigakan.

Esoknya, Polresta Pariaman berhasil menangkap Masri dan Nurlaely. Atas perbuatannya, para tersangka terancam hukuman enam tahun penjara melanggar Pasal 55 jo 53 UU No 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

Di Agam, pembelian BBM di sejumlah SPBU Lubukbasung, mulai meningkat. Pantauan Padang Ekspres, Senin (26/3), antrean pengendara yang menunggu pengisian BBM mencapai 500 meter. Salah seorang petugas SPBU Tembok Lubukbasung, Widya, antrean mulai terjadi sejak pukul 10.00 hingga 15.10.

”Ini disebabkan keterlambatan pasokan premium sampai ke SPBU. Biasanya pasokan ini akan datang pada sore nanti, apalagi menjelang naiknya BBM,” pungkasnya. Di tingkat pengecer, harga premium sudah mencapai Rp 6.000 per liter. (mg7/nia/yo/mg6/roy)
[ Red/Redaksi_ILS ]
 Padang Ekspres • Selasa, 27/03/2012 10:36 WIB • TIM PADEK • 36 klik

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More